"Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan orang asing atau orang yang sekedar melewati jalan (musafir)"

Selasa, 14 Agustus 2012

Diam Membatalkan Puasa

Ada yang unik dari pelajaran bahasa arab tadi pagi. Seperti biasa, di tengah-tengah pelajaran, saya menghentikan sebentar pelajaran dan mempersilahkan bagi yang ingin menanyakan sesuatu. Kebetulan pelajaran tadi pagi sudah sampai bahasan i'rab dan bina, suatu bahasan yang memang agak rumit dan membutuhkan konsentrasi lebih dibandingkan bahasan sebelumnya. Hal ini ditambah dengan kondisi usia para jama'ah yang mengikuti pelajaran ini, rata-rata usianya diatas 30 tahun, 6 tahun lebih banyak dari usia saya sekarang ini. Setelah berhenti sebentar, tiba-tiba ada yang bertanya

"maaf tadz, apakah diam itu membatalkan puasa?" tanya seseorang, namanya pak hendro. Dia paling sepuh diantara yang lain. Dia adalah dokter di salahsatu RS swasta di Purwokerto. Umurnya sekitar 50 tahun. Saya hanya bisa terdiam dengan pertanyaan itu, termasuk juga yang lainnya.

"maaf pak, setau saya tidak ada nash baik dalam alquran, hadits ataupun keterangan ulama yang menyatakan bahwa diam itu membatalkan puasa. Bahkan sebaliknya, diam itu mulia dalam keadaan tertentu" bla...bla...bla, saya pun mencoba menjelaskan keutamaan diam dalam keadaan kita takut omongan kita justru tidak membawa manfaat.

"tapi tadz, saya pernah koq mendengar kalo ada diam yang membatalkan puasa" pak hendro pun ga mau kalah dalam berargumen

"silahkan pak, kita sharing disini, karna siapa tau ada sesuatu yang sudah antum ketahui dari masalah agama ini dan kami yang lainnya belum mengetahui hukumnya"

Dengan agak tersenyum, beliau pun menjawab :

"sekali lagi maaf tadz, setau saya diam itu memang membatalkan puasa. Diam yang saya maksud yaitu  Diam-diam makan mendoan dikamar sendirian" (Mendoan : makanan khas purwokerto)

Spontan, saya dan yang lainnya langsung ketawa. Alhamdulillah, pak hendro dan yang lainnya kembali bersemangat meneruskan pelajaran, padahal sebelumnya mereka nampak lesu. Terimakasih Ya Allah, karna karnaMulah, kami masih bisa merasakan nikmat tertawa. Tak lupa, terimakasih buat pak dokter yang sudah mejadi perantara saya dan yang lainnya mendapat nikmat tertawa tersebut.

8 komentar:

  1. hehehehe.. lucu juga pengalaman y hari nie gan, tak kirain beneran, eh ternyata "Diem-diem Makan Mendoan" Btw Salam Kenal Gan.. Tak Tunggu Kunjungan baliknya gan..

    BalasHapus
  2. Salam Kenal Dariku gan, Nie Kunjungan perdanau gan,,

    BalasHapus
  3. Salam Kenal Dariku gan, Nie Kunjungan perdanau gan,,

    BalasHapus
  4. dr. Hendro Pramono bukan, Mas?

    aduuh, saya jadi kangen mendoan yang asli dari tempat kita itu. pengin bangeeeet. Insya Allah besok malem sudah bisa makan itu. hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. nda tau pak dr hendro siapa, coba nanti saya tanyakan...

      mendoan asli tetep paling enak meskipun ada mendoan di daerah lain,,hehe

      Hapus
    2. di Jakarta dan di Bogor, kalo yang dibilang mendoan, ngiris tempenya ditipisin tok Mas. Nglomboni banget! hehe

      Hapus